Pedoman Keempat Berikan Pinjaman pada Allah



Pada dasarnya, kebanyakan manusia memang memiliki rasa cinta yang kuat terhadap harta yang dimiliki. Itu kemudian terekspresikan dalam sikap enggan berderma, karena khawatir harta yang dicintainya itu berkurang atau habis. Karena itulah, Islam hadir dengan sebuah tawaran menarik, khususnya bagi mereka yang memiliki keyakinan kuat kepada keberadaan Allah dan Sifatnya Yang Maha Menepati Janji. Dinyatakan, bahwa derma atau sedekah pada hakikatnya merupakan sebuah pinjaman kepada Allah, yang pasti Dia akan kembalikan, bahkan dengan berlipat ganda.

Melalui lisan Nabi-Nya, Allah berfirman dalam Surat At Taghabun: 17-18, “Jika kalian meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah akan melipatgandakannya untuk kalian dan mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pembalas lagi Maha Penyantun. Dia Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Kemudian, di dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan Baihaqi dari Al Hasan, Dia juga berfirman, “Wahai Bani Adam! Pindahkanlah simpananmu kepada-Ku dan ia tak akan habis karena kebakaran, kebanjiran dan pencurian. Aku akan memberikannya kembali kepadamu saat engkau benar-benar memerlukannya.” Di dalam hadits riwayat Al Khathib dan Ibnu Asakir dari Ali r.a, juga dikabarkan sebagai berikut, “Allah SWT telah mewahyukan kepada Daud a.s: ‘Kelak pada hari kiamat akan datang seorang hamba menghadap-Ku dengan membawa bekal amal kebajikan, maka pasti Aku serahkan segala kenikmatan surga kepadanya. Daud berkata: “Ya Rabbi, siapakah hamba itu?’ Allah menjawab: “Yaitu seorang Mu’min yang berusaha memenuhi kebutuhan sesamanya baik sampai berhasil ataupun tidak berhasil.”

Sebetulnya, moralitas di balik ajaran itu adalah satu hal, bahwa sesungguhnya apa yang dimiliki manusia, semata-mata merupakan karunia-Nya. Tanpa pemberian dari-Nya, sungguh manusia tak memiliki apa-apa. Bahkan tanpa kehidupan dari-Nya, manusia adalah sosok yang tak bisa disebut apa dan bagaimananya, alias tidak ada! Karena itu, sebagai timbal balik atas segenap kebaikan-Nya, manusia diminta untuk mau memberikan kembali apa yang sudah Dia terima. Tetapi bukan untuk-Nya, karena Dia Maha Kaya dan Maha Suci dari segenap kekurangan. Dia meminta kita untuk memberi kepada sesama yang membutuhkan – yaitu mereka yang sedang disempitkan rizki oleh-Nya, dan untuk Dia berjanji untuk mengganti apapun yang kita berikan, karena itu Dia anggap sebagai pinjaman kepada-Nya. Dalam hadits qudsi yang diriwayatkan Rafi’I dari Abu Hurairah r.a, Allah berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku! Aku telah berikan karunia kepada kalian dan Aku telah meminta pinjaman dari kalian. Barangsiapa yang memberikan sesuatu kepada-Ku dari apa yang telah Kukaruniakan itu dengan taat, niscaya Kusegerakan (membalasnya) dalam waktu singkat dan Kusimpan baginya untuk waktu mendatang. Tetapi barangsiapa yang Kuambil daripadanya sesuatu yang telah Kuberikan itu secara paksa, namun ia bersabar dan berusaha dengan ikhlas karena Allah, niscaya Kuwajibkan pemberian hadiah dan rahmat-Ku baginya, dan Kucatatkan bahwa dia termasuk orang yang mendapat petunjuk, dan Kuperbolehkan dia menikmati pandangan kepada-Ku.”

Mungkin ada di antara kita yang bertanya, mengapa Dia tidak langsung saja menolong orang yang berkekurangan dan justru meminta pinjaman dari kita? Jawabannya jelas, dunia ini adalah tempat di mana kita bisa tumbuh berkembang secara spiritual dan menyempurnakan karakter kita. Itu hanya bisa dilakukan melalui sebuah tindakan dari kita sendiri! Menolong orang lain adalah jalan untuk menumbuhsuburkan sekaligus membuktikan watak welas asih di dalam diri kita. Dalam hal ini, justru kita sepatutnya bersyukur jika di sekeliling kita masih ada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Tanpa mereka, kita tak akan punya kesempatan untuk mengasah jiwa kita menjadi lebih baik…dan tak bisa meneladani Akhlak-Nya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang!

Mengakhiri bagian ini, mari kita renungkan apa yang Allah firmankan dalam Surat Al Munafiqun: 10, “Dan nafkahkanlah sebagian harta yang telah Kami rizkikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu berkata: ‘Ya Rabbi! Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematianku) sebentar sehingga aku bisa bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang salih?’ ”
0 Response to "Pedoman Keempat Berikan Pinjaman pada Allah"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan