Pedoman Ketujuh Berterima Kasihlah pada Penerima Sedekah Kita



Sesungguhnya, siapakah yang lebih patut berterima kasih, orang yang menerima sedekah karena mendapatkan pertolongan, atau orang yang bersedekah karena menemukan orang yang mau menerima sedekahnya? Tentu saja, lazimnya seseorang yang menerima berterima kasih pada yang memberi. Tapi Islam, menegaskan hal yang lain. Justru orang yang memberi atau bersedekah, yang lebih patut berterima kasih, pertama, kepada Allah, karena Dia limpahkan harta untuk bersedekah, dan kedua, kepada penerima sedekah, karena dengan begitu dia bisa bertransaksi dengan Alalh.

Ibrahim al Nakh’i menjelaskan, “Jika kamu bersaksi bahwa semua yang kamu sedekahkan itu tidak lain milik Allah SWT, bukan milikmu, maka Dia tak akan membiarkanmu celaka bilaman ada aib padamu.” Imam Laits bin Sa’d juga menyatakan, “Barang siapa mengambil dariku sedekah atau hadiah, maka haknya atasku lebih besar daripada hakku atasnya. Karena, ia menerima pengorbananku untuk Allah.”
Muadz al-Nasafi juga mengingatkan kita, “Barang siapa tidak meyakini dirinya lebih membutuhkan pahala sedekahnya daripada orang fakir membutuhkan sedekah yang ia berikan, maka ia termasuk orang yang menggugurkan sedekahnya dengan menyebut-nyebut pemberiannya.”

Sufyan al-Tsauri merasa lega bila melihat seorang pengemis ada di depan pintu rumahnya. Ia akan menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang orang yang mencucikan dosa-dosaku!” Sementara itu Fudhail bin Iyadh berkata, “Sebaik-baiknya peminta-minta adalah orang yang membawakan beban-beban kita ke akhirat tanpa upah, sehingga mereka meletakkannya di atas timbangan amal (mizan) di hadapan Allah SWT.”

Demikianlah, sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa cara terbaik untuk bersedekah adalah memperlakukan penerima sedekah kita dengan lemah lembut, lalu jangan lupa berterima kasih padanya, karena pada hakikatnya, merekalah yang telah berjasa dan memberikan pertolongan kepada kita!
0 Response to "Pedoman Ketujuh Berterima Kasihlah pada Penerima Sedekah Kita"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan