Satu capaian utama pejalan keheningan adalah bisa mengalami kebahagiaan yang konstan. Kebahagiaan semacam ini tak tergoyahkan oleh situasi di luar diri. Pertanyaannya, bisakah ini benar-benar dialami seorang manusia?
Lebih rinci, bagaimana manusia bisa tetap bahagia dalam situasi sekarang dimana perekonomian lesu dan banyak aktivitas sosial budaya berhenti karena ancaman wabah penyakit? Bagaimana jika kita tergolong orang yang dalam situasi ini menjadi korban: kena PHK, bisnis hancur, dan semacamnya? Bukankah kebahagiaan adalah hal berlebihan?
Orang menjadi sulit berbahagia dalam situasi seperti ini memang wajar. Tapi mari kita berpikir dengan cara yang paradox. Bertanyalah kepada diri sendiri: Apakah dengan tidak bahagia kita bisa menolong diri untuk keluar dari situasi sulit? Apakah dengan memilih tidak bahagia segala kesulitan ini menjadi lebih cepat berlalu? Jawabannya adalah: Tidak! Jadi, tidak ada kegunaan yang nyata dari ketidakbahagiaan. Lugasnya, memilih untuk tidak bahagia malah merugikan diri kita dan orang di sekitar kita.
Sebagian Anda lalu pasti bertanya, bagaimana mungkin seseorang bisa bahagia dalam keadaan seperti ini? Jawabannya adalah, pasti bisa jika menjalankan 3 hal: Pertama, berhentilah meliarkan pikiran dan berfokus pada masalah dalam segala bentuknya, lalu relax merasakan aliran nafas dan sadar penuh bahwa hidup ini sendiri tanpa embel-embel apapun adalah anugerah yang nyata.
Resapi setiap tarikan dan hembusan nafas sembari sadar bahwa saat ini dan di sini sesungguhnya kita selalu dikasihi oleh Sang Sumber Hidup, bahwa jika kita jujur mengakui, pada saat ini berlimpah anugerah dalam segala bentuknya diberikan kepada kita.
Terlebih di Indonesia, kita bersama layak bersyukur situasi yang dihadapi tidak seberat di banyak negara lain. Di sini segala sesuatunya jauh lebih terkendali. Ada banyak keadaan yang layak membuat kita berterima kasih dan merasa beruntung.
Kedua, terus masuk ke dalam keheningan dengan meniti jalan nafas. Terhubunglah dengan sumber kebahagiaan di dalam diri. Niatkan jiwa raga dimurnikan oleh mahadaya yang memancar dari pusat hati. Kenyataannya adalah, saat jiwa raga murni sepenuhnya dan kita terhubung penuh dengan Diri Sejati, energi kebahagiaan itu mengalir dengan nyata dari dalam diri. Rasa bahagia itu bisa nyata kita alami tak peduli bagaimana keadaan di luar sana.
Jika kita belum bisa merasakan kebahagiaan semacam ini, itu pertanda jiwa raga kita belum murni. Saat kita banyak beban pikiran, kemrungsung, perasaan tak nyaman, itu pertanda yang jelas bahwa kita punya luka batin atau ada parasit energi yang menjerat diri kita. Pastikan jiwa raga jernih maka kebahagiaan yang murni pasti bisa dirasakan. Dalam keheningan yang total bahagia sorgawi itu pasti meliputi diri.
Ketiga, ini rahasia semesta yang perlu dimengerti betul. Solusi bagi segala permasalahan, yang muncul dengan cara tak terpikirkan, yang biasa disebut sebagai keajaiban, hanya muncul bagi mereka yang jiwanya murni dengan kebahagiaan atau kesukacitaan yang tak terputus.
Keheningan yang konsisten, jiwa murni yang terpelihara, dan kebahagiaan yang terus terpancar dari jiwa, adalah prasyarat tertariknya segala keselarasan, pertolongan dan keajaiban. Pertolongan dari jiwa-jiwa yang agung di jagad raya tanpa batas ini, datang bagi jiwa-jiwa yang murni dan di hatinya penuh rasa terima kasih. Maka, keajaiban yang besar pasti terjadi jika di satu negara ada sekelompok orang yang dari setiap sel di tubuhnya, dari segenap pikiran, kata-kata dan tindakannya memancar getaran kebahagiaan sorgawi.
Pada tulisan kali ini saya hendak menegaskan, negeri kita Indonesia pasti bisa melampaui segala kesulitan ini dan meraih kejayaannya. Rahasia kejayaan ini sudah dijalankan dengan nyata dan keajaiban mulai bermunculan. Ada beberapa sektor yang masih harus dibereskan, tapi secara umum negara ini sangat terkendali.
Segala rencana busuk dari orang-orang yang mengedepankan angkara murka, tak terealisasi. Kita diselamatkan dengan cara yang tak terpikirkan. Nah, Anda bisa membantu negara ini, bukan hanya dengan diam di rumah lalu rebahan. Anda bisa membantu negara ini dengan menjadi mandala-mandala berjalan penebar kesukacitaan sorgawi.
Selalulah ada dalam keheningan, terus berkarya dalam tuntunan Diri Sejati, dan pastikan diri selalu dalam kebahagiaan sejati. Jangan biarkan ada faktor apapun yang membuat diri kehilangan keheningan dan kebahagiaan. Dalam keadaan kritis seperti ini, jangan manja dan cengeng. Jadilah Ksatria Cahaya sejati. Itulah cara berbakti bagi Ibu Pertiwi.
Memungkasi tulisan ini, silakan resapi pesan dari Sang Hyang Adhi Parama Budha:
Sanghyang Adhi Parama Budha
10.04.2020 - 08.19 wib
Salam sejahtera bagi kita semua.
Sabda sukacita telah disampaikan.
Maka marilah kita bersukacita, karena itulah cara sederhana untuk melawan kegelapan.
Berusahalah dengan sepenuh hati mempertahankan kesukacitaan dalam diri.
Merasakan aliran nafas yang terus mengalir itupun juga sukacita.
Lepaskan segala kemelekatan dalam diri.
Dengan menerima semua yang ada dengan penuh syukur, dan melepaskan bila memang saatnya lepas tanpa kesedihan.
Kembali lagi pertahankan sukacita tetap ada tanpa terpengaruh keadaan di luar diri.
Itulah perjuangan yang butuh tekad kuat.
Dalam sukacita ada keselamatan.
Dalam sukacita ada kekuatan.
Dalam sukacita ada kuasa Ilahi bekerja.
Lakukan segala sesuatu dengan hati.
Berlatihlah merasakan tarikan dan hembusan nafas.
Itu adalah jalan menuju Sang Ilahi di pusat hati.
Tentu saja kuasa kegelapan tidak akan begitu saja membiarkan kesadaran tumbuh.
Mereka akan terus menyerang dengan berbagai cara dan dengan berbagai ilusi yang mereka buat.
Hanya dengan hening tuntunan akan muncul.
Hanya dengan terhubung Diri Sejati yang bertahta di pusat hati kebenaran akan terbuka.
Maka teruslah melatih keheningan diri dengan terus belajar merasakan tarikan dan hembusan nafas.
Tanpa lelah, tanpa menyerah, inilah perjuangan.
Menemukan kesejatian diri adalah tujuan dari pembelajaran hidup di bumi.
Jogjakarta, 10-04-2020
Matur Sembah Nuwun Tuan Guru Setyo Hajar Dewantoro atas wedaran ini
ReplyDelete