KEJADIAN MANUSIA MENURUT LELUHUR JAWA





6441 tahun silam, telah tertuliskan penyadaran orang Jawa mengenai realitas kejadian manusia.  Dalam manuskrip kuna berjudul Layang Djooboyo yang menggunakan aksara Jawa Ngawi, diungkapkan secara gamblang kronologi kejadian manusia, sejak dalam bentuk sperma dan sel telur, hingga menjadi janin.

Berikut ini teks Layang Djobojo pada bagian Layang Kadadean:

                     Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Prakelare Gusti
Hanitahake Kahuripan Kang Hana Hing Karasuh Jalma Tumitah

Pengajaran Untuk Mengerti Kekuasaan Gusti
Menjadikan Kehidupan Jagad Manusia
(Ini adalah Firman Gusti mengenai kejadian manusia)

1.

Sakdurungi langit sarta baka hana kang manggoni, Gusti luwih ndisik hanitahake wose langit kang harane: mbulan, lintang, srengenge, kang dadi pangesehe langit.

Sebelum langit dan bumi[1] ada yang menempati.  Gusti lebih dahulu menjadikan isi langit[2] yang bernama bulan, bintang, yang menjadi penunggu/penghuni langit.

2.
Banjur Gusti hanitahake kahuripan kang diharani wasaka, kang dadi pangesehe baka.

Lalu Gusti menjadikan kehidupan yang dinamai tumbuhan[3], yang menjadi penunggu/penghuni bumi.

3.
Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Prakelare Gusti
Hanitahake Kahuripan Marang Sedulur Papat

Sak wuse Gusti hanitahake kahuripan kang dadi pangesehe baka mulya, kang diharani wasaka, banjur Gusti hanitahake kahuripan kang tekane saka hangin, kang diharani ngabida, kang dadi tetalange Gusti. Nganurung kahuripan kang hana hing karasuh kiye. Semono huga ngabida kang cacahe hana papat.
1. Nduweni haran: Notodoko.
2. Nduweni haran: Torogono.
3. Nduweni haran: Gokonongodo.
4. Nduweni haran: Gonodoko.

Setelah Gusti menjadikan kehidupan yang menjadi penghuni bumi ini, yang dinamai tumbuhan, lalu Gusti menjadikan kehidupan yang berasal dari angin/udara yang dinamai ngabida[4], yang menjadi utusan Gusti.  Menjaga kehidupan yang ada di jagad ini.  Berikut ini ngabida yang berjumlah empat:

1.    Memiliki nama: Notodoko
2.    Memiliki nama: Torogono
3.    Memiliki nama: Gokonongodo
4.    Memiliki nama: Gonodoko


4.
Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Prakelare Gusti
Hanitahake Karasuh Maparasa.
------------------------------
Sak wuse Gusti hanitahake kahuripan.  Kanggone ngabida kang cacahe hana papat, banjur Gusti hanitahake karasuh maparasa kang huga diharani karasuh bagio, kanggone kahuripane ngabida. Huga kanggo kahuripane ngamisa kang dadi tetalanging ngabida, kang manggon hana hing karasuh maparasane Gusti. Huga kanggo kahuripane jalma tumitah mengkone, yen wahanane Gusti kiyu wus tumedhan kanggone jalma tumitah. Kang bakal kinaggit dening Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko.

Setelah Gusti menjadikan kehidupan bagi ngabida yang berjumlah empat, lalu Gusti menjadikan jagad langgeng yang juga dinamai Surga, untuk kehidupan ngabida.  Juga untuk kehidupan ngamisa yang menjadi utusan ngabida, yang (semula) bertempat di jagad langgeng Gusti.  Juga untuk kehidupan manusia kelak ketika Firman Gusti telah turun untuk manusia, yang bakal dituliskan oleh Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko.


5.
Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Prakelare Gusti
Hanitahake Pandadar Kang Diharani Somoro
Bomo Huga Katurunane
------------------------------
Sak wuse Gusti hanitahake karasuh maparasa kang dadi panggonane Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko huga para ngamisa. Banjur Gusti hanitahake kahuripan kang wiwite saka hapuy yaha kiyu tetunggule pandadar kang diharani Somoro Bomo. Lan kiye huga bisa diharani kahuripane jalma pandadar kang wiwitan. Kang teka njaga kahuripan hana hing baka mulya kene, saka dawuhe Gusti.

Setelah Gusti menjadikan jagad langgeng yang menjadi tempat bagi Notodoko, Torogono, Gokonongodo dan Gonodoko, juga para ngamisa, lalu Gusti menjadikan kehidupan yang berasal dari api yaitu induknya pendadar manusia yang bernama Somoro Bomo.  Dan ini juga bisa dinamai kehidupan entitas pendadar yang permulaan.  Yang datang untuk menjaga kehidupan yang ada di bumi mulya ini, karena perintah Gusti.

6.
Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Kuwasane Somoro Bomo
Hanggaawe Karasuh Maparasa,
Huga Kang Bisa Diharani Karasuh Sara.
-----------------------------------
Sak wuse Gusti hanitahake pandadar kang harane Somoro Bumo. Kang nduweni kuwasa sak wuse Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko. Banjur Somoro Bomo ngetokake kuwasane hangawe karasuh maparasa kanggo kahuripane jalma tumitah, kang melu marang dalane Somoro Bomo hana hing baka mulyo kene. Banjur Gusti, hanitahake jalma rabama.

Setelah Gusti menjadikan pendadar bernama Somoro Bomo yang memiliki kuasa setelah Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko, lalu Somoro Bomo mengeluarkan kuasanya membuat jagad langgeng untuk tempat kehidupan manusia yang mengikuti jalan Somoro Bomo ketika berada di bumi mulia ini.  Lalu Gusti menjadikan hewan[5].

7
Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Prakelare Gusti
Hanitahake Jalmo Tumitah/Warang Djowo Kang
Wiwitan Teka Ngidak Baka Mulyo Kene
-----------------------------------------------
Sak wuse Gusti, hanitahake langit lan baka sarta wose. Banjur teka wahanane Gusti kang keri dewe. Hanitahake kahuripan kanggone Jalma Tumitah Jawa.
1. Watege kahuripan kang nunggu, Notodoko.
2. Rasane kahuripan kang nunggu, Torogono.
3. Pangelingane kahuripan kang nunggu, Gokonongodo.
4. Sukmane kahuripan kang nunggu, Gonodoko.
Banjur metu dawuhe Gusti, kanggone Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko, kanggo nganggit wahanane Gusti, hana hing  Layang DJOJOBOJO.

Setelah Gusti menjadikan langit dan bumi beserta isinya, lalu datanglah Firman Gusti yang pamungkas.  Menjadikan kehidupan bagi manusia/orang Jawa:
  1. 1.    Watak/Kepribadian Kehidupan yang menunggu adalah Notodoko
  2. 2.    Rasa Kehidupan yang menunggu adalah Torogono.
  3. 3.    Nalar Kehidupan yang menunggu adalah Gokonongodo.
  4. 4.    Sukma Kehidupan yang menunggu adalah Gonodoko.

Lalu keluar perintah Gusti kepada Notodoko, Torogono, Gokonongodo, Gonodoko untuk menulis Firman Gusti yang ada di Layang NATA.

8.
Wejangan Kanggo Mangerteni Marang Prakelare Gusti

Hanitahake kahuripan lan wose kang hana hing karasuh kiye
-----------------------------------------------------------------------
1. Langit lan Baka
2. Mbulan, lintang, srengenge.
3. Wasaka
4. Karasuh Bagio
5. Ngabida Notodoko
6. Ngabida Torogono,
7. Ngabida Gokonongodo,
8. Ngabida Gonodoko.
9. Ngabida Pandadar Somoro Bomo
10. Somoro Bumi Ngawe Karasuh Sara
11. Jalma Rabama
12. Jalma Tumitah/Warang Djowo

Menjadikan kehidupan dan isinya yang ada di jagad ini:
1.     Langit dan Bumi
2.     Bulan, Bintang, Matahari
3.     Tetumbuhan
4.     Surga
5.     Ngabida Notodoko
6.     Ngabida Torogono,
7.     Ngabida Gokonongodo,
8.     Ngabida Gonodoko.
9.     Ngabida Pendadar Somoro Bomo
10.  Somoro Bomo Membuat Neraka
11.  Hewan
12.  Manusia/Orang Jawa




[1] Langit dan bumi di dalam layang ini, adalah simbol dari raga kita.  Raga kita adalah mikrokosmos, miniatur dari karasuh gumelar atau jagad ageng.
[2] Langit yang dimaksud di sini adalah benih kehidupan yang bersifat maskulin (sperma), sementara baka adalah lahan untuk tumbuh benih itu dan bersifat feminin (sel telur).  Mbulan, lintang, srengenge adalah daya-daya atau energi semesta yang melekat pada sperma.   Proses manusiawinya, daya-daya ini turun pada kisaran jam 2-3 malam, lalu ditangkap oleh otak manusia dan terekam di dalam sperma.  Daya-daya ini pada dasarnya adalah cahaya penyadaran, baik yang memancar dirinya sendiri (bintang, matahari) atau memantulkannya dari benda lain (bulan).

[3] Wasaka adalah daya tumbuh, atau daya vegetatif.  Dengan adanya daya inilah sel telur bisa menjadi lahan bagi tumbuhnya sperma yang memasuki dan menyatu dengannya.

[4] Ngabida ini adalah daya-daya ketuhanan (ilahi) yang ada pada diri manusia, ini yang kemudian dinamai sebagai sedulur papat sesungguhnya.

[5] Jalma Rabama adalah daya kehewanan di dalam diri kita, yang termanifestasi dalam instink untuk mempertahankan kehidupan ragawi, berupa dorongan untuk makan, tidur, berhubungan seksual, dan semacamnya.

(Sumber: Manuskrip yang dikumpulkan oleh Raden Mas JR. Basuki & Michael Zwart, MBA dan dialihbahasakan oleh P.B. Susetyo & S.H. Dewantoro)
0 Response to "KEJADIAN MANUSIA MENURUT LELUHUR JAWA"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan