Kehidupan manusia,
ditandai dengan keberadaan cahaya kosmik di dalam diri manusia. Para leluhur Jawa di masa silam,
mengungkapkan 5 cahaya kosmik itu: hitam, kuning, putih, merah, dan
pelangi. Cahaya kosmik itu mencerminkan
unsur kosmik yang ada di dalam diri manusia: tanah, air, udara, api, dan ether.[1]
Cahaya berpendar dari berbagai unsur kosmik tersebut, karena ada energi yang bergetar dan berbunyi dengung, setiap manusia hambegan. Pusat energi itu ada di telenging manah. Menjadi permulaan kehidupan dan cahaya manusia.
Lebih jelasnya
begini. Cahaya di dalam diri manusia
bisa muncul ketika ada unsur-unsur kosmik pada raga yang bisa berpijar, lalu
terkena energi murni dari pusat hati.
Energi itu muncul dan memancar ketika manusia hambegan. Oksigen yang dihirup manusia, membuat horeg
pada raga. Horeg itu sederhananya adalah
bergoyang, seperti tanah ketika terkena gempa.
Itu memunculkan getaran kehidupan, dan seiring dengan itu muncullah
bunyi berdengung atau gemerenggeng.
Itulah Hong. Selanjutnya,
terjadilah fenomena kelistrikan pada raga manusia, lalu terjadilah cahaya. Demikian proses terjadinya cahaya kosmik di
dalam diri manusia.
Pada semesta,
kronologi kemunculan cahaya juga mirip seperti itu. Cahaya muncul hanya ketika telah ada materi
yang bisa berpijar. Ketika diterpa
energi dan bergetar, materi ini mengalami fenomena kelistrikan dan memendarlah
cahaya darinya.
Sementara materi ini
sendiri ada, didahului oleh keberadaan dua realitas. pertama: energi yang
bersumber dari kegelapan murni, dan tidak memancarkan cahaya, sehingga
dinamakan dark energy. Kedua: materi
gelap, atau dark energy, keberadaan yang tak terlihat tapi keberadaannya bisa
dibuktikan oleh daya gravitasi yang dimunculkan. Dark matter inilah yang dalam sains
dinyatakan sebagai pengikat agar materi tetap berada dalam tempatnya, stabil
dalam sebuah tatanan dan gatra. Kemudian
kita juga mengerti, melalui laku mangening, para leluhur Nusantara di masa lalu
ternyata memiliki penyadaran, bahwa ada realitas yang merupakan benih
keberadaan, benih dari segala yang ada, telur yang darinya menetas semua
materi, dinyatakan sebagai ndog amun-amun. Dan tidak keliru jika ndog amun-amun
ini diidentikkan dengan dark matter.
Dengan penjelasan
ini, kita bisa mengerti tentang hieararki keberadaan semesta. Cahaya bukanlah sumber segalanya, juga bukan
realitas yang menempati hierarki tertinggi.
Cahaya adalah pengejawantahan dari Kegelapan Murni melalui proses yang
berlapis: dari dark energy terbentuk dark matter, dalam proses ini muncul getar
dan bunyi kosmik Hong. Dark energy
terus berekspansi sehingga dari dark matter muncul ordinary matter atau materi
biasa. Dan dari materi biasa inilah
terbentuk berbagai keberadaan yang bergatra dan bisa diketahui manusia. Dan lagi-lagi, dalam segenap prosesnya, ada
getar dan bunyi kosmik, Hong. Lalu, materi
ini bisa berpijar dan memendarkan cahaya, lagi-lagi karena menerima terpaan
dark energy, yang memunculkan fenomena kelistrikan.
Dengan menyadari
tatanan jagad alit (mikrokosmos) dan jagad ageng (makrokosmos) seperti terurai
di atas, bisa dinyatakan bahwa jalan untuk mengerti tentang Gusti, Yaktining
Hurip atau Tuhan, tidak melalui cahaya.
Karena terlalu jauh jarak antara cahaya yang berlapis-lapis itu, dengan
Sumber Keberadaan yang realitasnya adalah kegelapan murni. Yang lebih dekat dengan itu adalah getar
energi kosmik. Mengucapkan bunyi kosmik Hong, membuat siapapun langsung
terhubung dengan getar energi kosmik ini.
Sehingga otomatis terhubung dengan Sumber Energi Kosmik itu: Yaktining
Hurip, Gusti atau Tuhan.
[1] Lebih
terperinci, berbagai cahaya kosmik, di dalam raga manusia mengejawantah ke
dalam berbagai gatra berikut: Darah Putih, Ketuban, Ari-ari, Darah Marah. Ini adalah simbol dari unsur semesta dan
cahaya-cahaya energi kosmik yang membentuk perangkat kemanusiaan.
1. Ketuban
adalah simbol dari air, berwarna kuning, membangun eros atau hasrat akan keindahan
serta menumbuhkan daya/kekuatan, atomnya adalah proton, dan membentuk karakter
koleris. Dalam pasaran Jawa, disebut
Pon.
2. Darah
putih adalah simbol dari angin/udara, berwarna putih, membangun kewelasasihan
dan kecenderungan spiritual di dalam diri manusia, atomnya adalah elektron,
membentuk karakter plegmatis. Dalam
pasaran Jawa disebut Legi.
3. Ari-ari,
adalah simbol dari tanah, berwarna hitam, membangun dorongan
ego/instink/kebutuhan, sehingga dengan dorongan ini manusia bisa bertahan hidup
atau tetap bernyawa, atomnya adalah proton.
Membentuk karakter melankolis.
Dalam pasaran Jawa disebut Wage.
4. Darah
merah adalah simbol api, berwarna merah, membangun greget atau semangat,
atomnya adalah elektron, membentuk karakter sanguinis. Dalam pasaran Jawa disebut Pahing.
mengucapkan hong itu seperti apa?
ReplyDeleteapakah dari mulut berucap hong
atau mendengar dengungan bergetar...