Rancangan Agung Jagad Raya
Label:
Rasa Sejati,
Sastrajendra
Realitas fraktal di jagad raya ini memang mengagumkan. Fraktal adalah pengulangan pola pada satu bentuk secara terus menerus, tanpa batas. Sesuatu yang kita anggap sebagai bagian dari keseluruhan, ternyata menyerupai keseluruhan itu hanya dalam ukuran yang lebih kecil. Di jagad raya ini ternyata ada pola bentuk yang tetap dengan ukuran yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pucuk cemara yang merupakan bagian dari keseluruhan pohon, memiliki kemiripan bentuk dari pohon itu. Kita juga bisa menemukan sebuah spiral yang bentuknya berulang-ulang dalam formasi kurva (garis lengkung) yang melebar dan melebar.
Sistem tata surya kita terdiri dari beberapa planet, yang semuanya berbentuk sama dan semuanya mengelilingi matahari yang berkali lipat lebih besar dan lebih berat dari planet-planet di sekelilingnya. Pola ini juga ada pada galaksi: membentuk pola spiral. Pola yang sama dapat dilihat dalam inti atom dan elektron-elektron yang mengelilinginya dalam sebuah atom. Dan partikel-partikel sub-atom ini sebaliknya terdiri dari sub-partikel yang berputar. Fenomena fraktal ternyata ada pada seluruh tingkatan jagad raya ini.
Kesamaan pola atau rancangan ini membawa kita pada kesadaran mengenai kesamaan sumber dari seluruh keberadaan. Ada pola artistik yang terbentuk saat Sang Suwung mengejawantahkan dirinya. Sang Suwung yang sejatinya tak berbentuk, menunjukkan karakternya sebagai Seniman Maha Agung yang melahirkan karya indah dengan pola-pola yang serba mirip pada seluruh tingkatan keberadaan mulai dari tataran atom hingga galaksi raksasa.
Jagad raya juga terhampar mengikuti pola Fibonacci. Formula bilangan yang ditemukan Leonardo Fibonacci ini ternyata bisa ditemukan pada banyak fenomena termasuk benda-benda semesta. Rumus Fibonacci membentuk rasio bilangan yang dijuluki golden ratio atau rasio emas.
Fenomena Fibonacci ada pada jumlah lebah yang menghuni sebuah sarang. Jumlah lebah betina pasti lebih banyak dari yang jantan. Dan jika dibandingkan maka rasio antara jumlah lebah betina dan lebah jantan adalah 1,618. Cangkang kerang laut berbentuk spiral juga menunjukkan fenomena fibonacci. Jika dibandingkan antara panjang garis spiral paling depan dengan yang berikutnya maka hasilnya adalah 1,618. Fenomena Fibonacci juga ada pada galaksi atau gugusan bintang. Bentuk dari galaksi atau gugus bintang adalah spiral dan bila diukur lingkar pusatnya akan kita temukan angka 1,618.
Pada tubuh manusia, fenomena Fibonacci ini juga benar-benar nyata. Bila anda mengukur panjang jari anda kemudian dibandingkan dengan lekuk jari maka akan dihasilkan nilai sebesar 1,618. Bila anda ukur tinggi badan anda lalu anda bagi dengan jarak pusar ke telapak kaki maka hasilnya adalah 1,618. Bandingkan panjang dari pundak ke ujung jari dengan panjang siku ke ujung jari. Hasilnya 1,618. Bandingkan panjang dari pinggang ke kaki dengan panjang lutut ke kaki, maka hasilnya 1,618. Bahkan pada struktur triplex DNA manusia bila dilihat dari atas akan nampak berbentuk spiral dan lagi-lagi akan kita temukan rasio 1,618.
Rasio 1,618 pada berbagai keberadaan di jagad raya menunjukkan fenomena self similarity alias sama dengan dirinya sendiri hanya dalam skala berbeda. Inilah yang diebut dengan realitas fractal. Ternyata, bilangan Fibonacci adalah rahasia di balik fenomena fraktal. Konsistensi rasio ini membentuk kemiripan pola bagian dibandingkan dengan keseluruhan hanya pada ukuran yang lebih kecil.
Terungkapnya realitas Fibonacci dan Fractal, membuat kita bisa membenarkan pernyataan bahwa manusia adalah miniatur dari jagad raya. Manusia sebagai bagian dari jagad raya memang menunjukkan kemiripan pola dengan jagad raya sebegai keseluruhan. Apa yang ada di jagad raya ada pada diri kita. Termasuk menyangkut realitas bahwa pada manusia terdapat roh agung sebagaimana ada keberadaan roh agung pada semesta.
Kesadaran bahwa Sang Suwung atau Sang Maha Sadar menunjukkan keberadaanNya sebagai Seniman Maha Agung yang menjadikan jagad raya yang maha indah, menuntun kita untuk hidup dalam harmoni. Hidup harmoni berarti hidup dengan komitmen penuh menjaga bumi yang kita huni agar segenap keindahannya tetap lestari. Dan selanjutnya adalah hidup penuh karya untuk menjadikan peradaban yang indah agar jagad yang telah indah ini menjadi lebih indah. Ini menjadi kepastian saat kita hidup dituntun oleh roh/atman/sukma sayekti kita. Karena dengan begitu berarti kita hidup sebagaimana kehendak dari Sang Suwung atau Tuhan itu sendiri. Kita benar-benar menjadi Tuhan yang mengejawantah dalam maknanya yang paling utuh.
Post a Comment