STORY OF SHD 10



Setyo Hajar Dewantoro

Saya pernah ada di fase rajin berkunjung situs-situs kuna atau tempat-tempat yang dianggap sakral. Saya bermeditasi di situ: Alas Purwa di Banyuwangi, Gua Langse di Jogja hingga Hutan Kramat di Loksado Kalsel. Berkali- kali pula di malam sunyi saya berendam di sendang atau telaga yang dingin. Itu saya lakukan bertahun-tahun. Saya merasa telah menjalani laku spiritual. Namun kemudian saya mengerti, bahwa saya belum bertransformasi meskipun di beberapa momen yang mengalami keheningan mendalam dan sering mengalami peristiwa yang ajaib. Tubuh emosi, tubuh karma, dan tubuh pengetahuan saya masih jauh dari jernih. Bahkan tanpa saya sadari, saya ketempelan makhluk-makhluk dari alam bawah banyak sekali.

Hingga datang pengertian, tanpa cara yang tepat, laku spiritual tak akan bisa mengantarkan kita mencapai tujuan sesungguhnya dari spiritualitas. Jika dengan laku spiritual kita tetap punya luka batin, karma buruk tak terhapus, bahkan secara energi malah tambah keruh ya berarti kita sedang nyasar. Saat saya tracking saat ini, saya bisa mengerti, jiwa saya secara energi jauh lebih jernih ketika masih hanya mengandalkan rasionalitas, ketimbang saat saya nglakoni sesuatu yang membuat saya masuk dunia supranatural yang saya anggap sebagai spiritualitas.

Secara wawasan, dulu saya sangat terbantu untuk mengerti essensi laku spiritual ala Jawa saat membaca mendalam paparan KGPAA Mangkunegara IV dalam Serat Wedatama. Tapi itu baru pengertian kognitif, pengertian sesungguhnya yang muncul dari laku baru muncul 2 tahun belakangan ini, khususnya tentang kaweruh sejati, sembah rasa, loroning atunggil. Tanpa guru berbadan fisik yang mumpuni memang tak mudah untuk mencapai kemurnian jiwa dan pencerahan. Tanpa pola yang jelas dan tepat, kita seperti masuk hutan lebat. Bisa berputar-putar seperti tersesat dalam labirin.

Seorang Guru Spiritual yang mumpuni memang seorang pembuka jalan, dia inventor satu pola yang membuat perjalanan sang pencari menjadi mudah dan cepat. Semakin tinggi level kesadaran seorang Guru, semakin progressif capaian murid2nya. Maka, tak aneh jika saat ini ada orang-orang yang baru ikut pembelajaran 1 kali langsung bertransformasi semua layer tubuhnya menjadi jernih: tingkat kejernihan tubuh emosi, energi, karma dan pengetahuan, mencapai 100%. Padahal saya sendiri mencapai itu lewat proses bertahun-tahun yang sangat berat. Demikian pula para spiritualis seperti di Tibet atau India, mereka sampai tataran jiwa murni itu lewat disiplin spiritual yang sangat berat selama bertahun-tahun.

Ada fase kemudian saya lebih banyak masuk ke dalam diri, dengan niat terhubung sepenuhnya kepada Hingsun atau Guru Sejati. Ternyata, meski teorinya benar jika kita melakukan itu tanpa ketepatan langkah, atau kita dibimbing oleh orang yang mengaku guru sementara jiwanya belum jernih, ya hasilnya nyasar juga. Itulah pengalaman saya pribadi, saya sudah tahu teori guru sejati ini sejak 2010. Tapi benar2 mengalami transformasi baru di penghujung tahun 2018 . Sementara murid-murid saya ini bisa mencapai apa yang saya alami di fase itu setelah belajar beberapa bulan bahkan ada yang mencapainya dalam hitungan jam.

Dalam perjalanan ini, saya berjumpa dengan banyak orang. Mereka pada umumnya punya jasa tertentu pada saya dan sebaliknya. Ada sebagian mereka yang tetap berkawan baik dan berjalan bersama. Ada yang pada akhirnya berpisah termasuk yang berpisah dengan alasan saya telah menjadi gila. Ini adalah hal yang wajar, semua dipersatukan dan dipisahkan berdasar keselarasan vibrasi energi. 
Mereka yang semula dekat jika kemudian tidak selaras vibrasinya ya pasti terpisah. Saya telah sadari betul akan arti ketidakmelekatan, sehingga tidak nggondeli apalagi baperan kepada mereka yang menjauh. Saya sendiri sering mendapatkan larangan dari Hingsun untuk bertemu dengan orang-orang tertentu, dan saya ikuti betul titah ini. 
Jadi sekarang, untuk bertemu saya susah-susah gampang, selain kesesuaian waktu, ada faktor lain soal keselarasan energi. Sangat mungkin saya dianggap sombong gara-gara ini, karena memang saya bukan orang yang suka basa basi dan juga bukan orang yang masih terjebak pekewuh atau rasa tak enak hati. Diundang atau diajak bertemu siapapun jika Hingsun melarang saya pasti tak akan mau. Sebaliknya jika disuruh Hingsun, berapapun jaraknya pasti saya lakoni tanpa ada kalkulasi untung rugi.

Jakarta, 28 December 2019

Foto: Meditasi di Tepi Sungai Elo 28 Des 2018, by Bravo Hitam
0 Response to "STORY OF SHD 10"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan