STORY OF SHD 11



 shd channel

Hidup saya tidaklah mulus. Nyaris semua situasi derita yang dialami manusia pernah saya alami. Banyak kekeliruan langkah yang pernah saya lakukan. Ada fase dimana saya merasa punya sisi-sisi gelap yang memalukan dan harus segera saya sirnakan. Saya memang pernah mengalami menjadi manusia yang benar-benar biasa dengan segenap dramanya. Itu bahkan masih terjadi pada saat mulai menjalani lakon sebagai guru meditasi. Jika saya menengok ulang perjalanan masa lalu, sampai penghujung tahun 2017, saya masih sering tertipu oleh ilusi diri. Pada tahun 2017 itu, masih sering saya berbuat kekeliruan yang fatal yang secara nyata membuat tubuh karma saya menjadi gelap. Memasuki 2018, seiring dengan laku spiritual yang semakin matang, saya makin sedikit berbuat kekeliruan dan dimulailah proses penjernihan atau pemurnian diri secara total.

Maka di penghujung 2018 saya mencapai kemurnian tahap perdana yang ditandai dengan tingkat kemurnian 100% pada tubuh energi, tubuh emosi, tubuh karma dan tubuh pengetahuan. Saya tidak sungkan untuk mengatakan bahwa sejak penghujung 2018 hingga sekarang, saya semakin minimalis dalam berbuat kekeliruan. Bisa saya jelaskan, saya seperti punya radar yang langsung berbunyi saat saya berbuat kesalahan. Ya, saat muncul tindakan yang tidak selaras dengan prinsip kasih murni, saat saya sedikit saja saya tidak setia kepada Guru Sejati, saya langsung bisa tahu karena tubuh ini menjadi sangat tidak nyaman. Maka dengan kesadaran penuh segera berbenah, menjernihkan jejak dosa atau karma buruk yang menempel di tubuh karma saya sehingga tetap dipastikan tubuh karma jernih 100%.

Saya ingat, ada tiga dosa saya pada tahun 2019: pertama, saya meludah di taman di rumah sakit tempat istri saya dirawat; kedua, saat saya ke pasar tiba-tiba muncul di pikiran keinginan untuk memamerkan kerendahan hati seorang guru spiritual yang tetap pergi ke pasar dan belanja kebutuhan rumah tangga; ketiga, saya agak keberatan untuk mengeluarkan uang sesuai petunjuk Guru Sejati karena melihat rekening saya sudah berkurang 80% dari jumlah di minggu sebelumnya. Di luar itu, tentu ada tindakan saya yang dianggap salah oleh orang lain, atau nyebelin menurut orang lain, tapi dalam sudut pandang energi tidak memberi dampak apapun pada tubuh karma saya. Nah, apa yang saya lakukan untuk memulihkan diri dari kesalahan yang telah diperbuat? Tentu saja saya mempraktikkan apa yang saya ajarkan: meditasi api suci. Saya hening, lalu dengan kesadaran penuh saya meminta maaf atas kesalahan saya. Jika ada orang atau makhluk yang saya rugikan, maka saya memeluk jiwa mereka, memancarkan energi kasih dan menyabdakan keselarasan untuk mereka.

Sejak 2017 hingga penghujung 2019, saya juga diajari tentang ketidakmelekatan pada manusia dan dibuat mengerti realisasi dari hukum keselarasan vibrasi. Saya sejak jaman dulu punya bakat untuk mengumpulkan orang. Maka saat saya mulai mengajar tentang spiritualitas atau meditasi, entah itu benar atau salah, pasti banyak yang tertarik dan terbentuklah komunitas. Tapi semua ternyata selalu bergerak dinamis. Orang-orang yang dulu dekat bisa menjauh. Yang belum kenal atau dulu jauh bisa tiba-tiba muncul dan mendekat. Di masa lalu saat banyak orang meninggalkan saya atau komunitas yang saya bangun bubar, saya masih baperan. Rasa tidak nyaman menyergap saya, ada sedih, marah, campur aduk menjadi satu. Itu muncul karena saya pada dasarnya sangat menghargai persahabatan dan persaudaraan. Lalu saya coba berpikir keras apa kesalahan saya yang membuat orang menjauh dari saya.

Seiring saya bertumbuh, saya bisa melampaui situasi baperan itu dan masuk ke fase netral. Setelah lewat perenungan mendalam saya memastikan tidak ada kesalahan fatal yang saya buat pada mereka, bahwa saya benar-benar tidak pernah memanipulasi atau merugikan siapapun yang dekat dengan saya atau menjadi murid saya, maka saya menguatkan diri untuk menerima siapapun yang menjauh dan bersiap melepas siapa yang sudah ada tanda-tanda menjauh. Dari semua ini saya belajar tentang arti melampaui kemelekatan, yaitu tidak nggondeli atau mencengkeram erat siapapun yang harus pergi menjauh karena secara vibrasi energi memang tak lagi selaras. Saya sewajarnya fokus pada pertumbuhan kesadaran dan menerima dinamika yang terjadi. Ada beberapa orang yang saya benar-benar sedih saat mereka menjauh, karena saya kadung menyayangi mereka sebagai saudara atau sahabat. Butuh sessi khusus untuk menetralkan perasaan atau ikatan emosi pada mereka saat mereka memutuskan menjauh atau sudah mulai menunjukkan tanda-tanda menjauh. Berdasarkan hukum keselarasan vibrasi, orang-orang yang memang vibrasinya tidak lagi saling selaras pasti akan berpisah secara natural. Tidak mungkin dipaksakan untuk terus menyatu atau bersama.

Saat ini, sebagai pembimbing spiritual atau guru meditasi, saya dengan kesadaran penuh menyatakan kepada semesta, siap membimbing siapapun yang memang berjatah saya bombing, dan melepas siapapun yang memang tidak selaras. Tidak ada kemelekatan sedikitpun, semakin lebur segala ego manusiwi. Pada saat yang sama, saya selau bersiap menerima siapapun yang kembali ingin mendekat kepada saya, seperti sikap orang tua yang menerima anaknya yang pulang ke rumah setelah pergi dari rumah karena ngambek atau alasan lainnya. No hard feeling, tak ada marah, dendam atau sakit hati. Nyatanya memang ada beberapa orang yang telah menjauh mendadak menghubungi dan mendekat kembali. Maka saya terima semuanya dengan suka cita – tentu saja saya scanning dulu untuk memastikan apakah benar-benar tulus atau tidak saat memutuskan kembali mendekat. Semakin ke sini saya semakin hati-hati dan waspada, saya baca setiap orang sebagaimana adanya, dan punya mekanisme untuk menolak siapapun yang mendekati diri saya tanpa kemurnian jiwa. Saya sudah tidak punya rasa pekewuh atau perasaan tak enak, saat harus berkata "Tidak" ya dengan ringan saya katakan "Tidak", begitu juga sebaliknya. Saya sudah tidak butuh anggapan atau citra sebagai orang baik, rendah hati, ramah dan semacamnya. Saya memilih untuk bertindak “seenaknya” tidak mesti mengikuti pakem manusia: saya hanya setia kepada Hingsun atau Aku Sejati.

Kuningan 30 Desember 2019
0 Response to "STORY OF SHD 11"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan