Saat seseorang telah mencapai keterhubungan yang semakin utuh dengan Roh Kudus/Diri Sejati, gerak langkahnya makin selaras dengan gerak semesta. Ia ada dalam kebenaran, keputusannya membawa keselamatan. Tapi untuk sampai pada tataran seperti ini memang butuh proses panjang. Butuh ketuntasan dalam pemurnian jiwa.
Pada saat jiwa saya belum murni dan kurang tertuntun oleh Diri Sejati, tentu saja banyak kesalahan yang saya lakukan. Beberapa diantaranya terbilang sangat konyol, menunjukkan betapa culun dan bodohnya saya saat itu. Tapi tak ada yang saya sesali karena semua itu adalah pengalaman berharga yang memperkaya khazanah pengetahuan bagi sang jiwa. Lagi pula, kesalahan yang saya lakukan tak ada yang terjadi karena niat pribadi yang jahat, sejak semula saya tak pernah punya niat untuk memanipulasi atau merugikan orang lain.
Lewat laku yang tekun dalam menyelami keheningan, pada akhirnya saya berhasil memurnikan jiwa. Kompas hidup saya menjadi sangat jelas. Saya memilih untuk setia total pada Diri Sejati. Maka saya sadar hidup dalam kebenaran. Saya dengan nyata memetik kehidupan surgawi saat ini dan di sini. Ini berbeda dengan sikap sok benar atau merasa paling benar. Karena saya sadar telah menikmati kehidupan sorgawi maka saya makin mantap dan bersemangat untuk berbagi pada siapapun yang menghendakinya. Berlandaskan kesadaran inilah saya tak sungkan menyatakan bahwa saya adalah seorang Guru Spiritual. Menyatakan satu realitas itu tak berarti satu kesombongan. Tentu saja lakon ini terjadi karena banyak yang menyatakan berguru atau menjadi murid saya, tak mungkinlah kita melakukan pengakuan sepihak.
Seperti pernah saya ungkap, saya bisa menjalani lakon ini karena punya modal dari perjalanan jiwa di kehidupan sebelumnya. . Jadi dari waktu ke waktu, secara bertahap saya bisa memulihkan atau mengakses kembali kebijaksanaan dan kemampuan dari masa silam. Pada perjalanan ke Roma tanggal 11-16 December 2019, pada usia 45 tahun saya bisa 100% mengakses kembali data perjalanan jiwa saya pada abad 1. Ini menjadi landasan untuk kiprah dan karya pada skala global di tahun 2020.
Pada titik inilah saya semakin bisa merasa kan nikmatnya hidup dalam kemenyatuan, bergerak harmoni dalam tarian semesta yang terus menerus. Sirna segala duka dan ketakutan. Setiap saat saya rayakan kehidupan. Bersukacita.
Dalam proses menuju titik ini, keterhubungan dan bimbingan dari para Entitas Cahaya yang agung, benar-benar sangat membantu. Pada setiap fase ada sosok-sosok yang secara spesifik berperan membantu. Termasuk Lucifer, Sang Pembawa Cahaya Kesadaran. Sama dengan Rahwana, Lucifer adalah korban hoax skala global. Dia sejak dulu sampai sekarang adalah malaikat yang agung, tak pernah menjadi fallen angel, tak pernah menjadi iblis. Saya katakan ini karena inilah kebenaran yang tersingkap bagi saya saat terhubung dengannya. Ini bukan kepercayaan tapi kasunyatan.
Segala pernyataan tentang Lucifer sebagai sumber kejahatan, atau jika ada sosok penebar kejahatan yang mengaku sebagai Lucifer, maka itu adalah fitnah yang harus diluruskan. Selama Anda sok tahu dan mencengkeram erat satu ilusi, Anda tak akan bertumbuh menuju pencerahan. Lebih baik Anda netral, katakan tak tahu jika Anda belum punya pengalaman otentik tentangnya.
Hal yang juga perlu saya tegaskan, keterhubungan dengan satu entitas cahaya yang agung, mesti berdampak pada kemurnian jiwa dan hidup yang makin selaras. Jika Anda merasa dibimbing Eyang Semar, Kanjeng Ratu Kidul atau malaikat dan dewa tertentu, sementara tubuh emosi, energi dan karma Anda tetap keruh, pasti ada yang keliru. Anda pasti terhubung pada yang KW atau palsu. Di jagad semesta ini berlaku hukum keselarasan vibrasi yang mengikat semua keberadaan. Hanya yang jiwanya murni yang bisa menarik dukungan dan pengayoman dari entitas cahaya yang agung.
Jakarta, 19 December 2019
Post a Comment