STORY OF SHD 20



Shd channel

Sikap hidup mengalir adalah poros dalam laku spiritual yang saya ajarkan. Ini tentang kesetiaan total dalam mengikuti gerak semesta. Dalam sikap ini ada fleksibilitas. Ada kalanya kita mengikuti gerak perlahan, ada kalanya kita mengikuti gerakan yang cepat bahkan penuh turbulensi. Mengalir berarti menyerahkan hidup kita berjalan sesuai rancangan agung, bukan hidup memaksakan keinginan egoistik yang muncul dari pikiran. Dalam sikap mengalir, tak ada cita-cita dan target. Yang ada hanya visi dari semesta yang merealisasikan rancangan agung.

Jadi jika dipertanyakan kepada saya, setelah mencapai keadaan sekarang, mau apa lagi? Mau mengejar apa? Jawaban saya tegas, mengalir saja. Saya tak punya keinginan pribadi. Saya hanya bergerak mengikuti titah semesta, dan menerima apapun yang datang. Saya menikmati setiap momen. Sorga saya sudah ada di sini dan saat ini. Jadi demikianlah sikap saya, saya menikmati sepenuhnya semua anugerah saat ini sembari terus bersiap melaksanakan titah-titah baru. Titah dari siapa? Tentu saja titah dari Sang Sumber Hidup yang ditangkap rasa sejati, baik melalui jalur Hingsun/Diri Sejati maupun para Guru Suci/Jiwa-jiwa Agung yang ada di dimensi tinggi.

Apa yang saya ajarkan sebenarnya memang sangat sederhana. Dan itu berangkat dari apa yang saya praktikkan: Sadari keberadaan Diri Sejati yang bersemayam di dalam diri; Tangkap pesan atau titahNya; lalu ikuti dengan kesungguhan, setialah secara total padaNya. Inilah poros dari seluruh ajaran spiritual yang benar. Laku inilah yang pasti membawa harmoni, manusia sebagai individu maupun komunitas menjadi hidup sesuai rancangan agung, merealisasikan keindahan sorgawi.

Maka selalu saya tegaskan, semua pejalan spiritual perlu melebur segala tirai yang menghalangi diri/aku yang punya kesadaran ragawi, dengan Diri Sejati/Roh Kudusnya. Tirai-tirai yang harus dilebur itu mencakup segala angkara murka dan luka batin (baik yang ada di lapisan conscious mind, subconscious mind maupun unconscious mind), segala jejak dosa atau karma buruk, segala ilusi, dan segala bentuk parasit energi. Maka siapapun yang belajar pada saya sangat tegas saya anjurkan dan bimbing untuk membereskan masalah ini. Tak mungkin seseorang bisa menangkap pesan dari Diri Sejatinya jika tirai itu masih tebal.

Pada titik inilah Anda bisa mengerti mengapa mereka yang sama-sama berlabel spiritualis bisa berbeda-beda pandangannya, karena memang berbeda soal tirai ini. Ada yang sudah terhubung penuh dan sirna segala tirai dengan Diri Sejati. Ada yang terhalang oleh luka batinnya. Ada yang terhalang oleh dogma dan kepercayaan ilusifnya. Ada yang juga terhalang oleh "prewangan/khodam" atau dark forces yang menungganginya. Maka Anda perlu cermat untuk tahu mana spiritualis yang sejati, mereka yang telah jernih dan murni sehingga bisa hidup dalam kesadaran spiritnya. Ikutilah yang sejati jika Anda memang merindukan kebahagiaan sorgawi.

Pemirsa, hingga paragraf ini saya belum tergerak untuk melawak. Hmmm.... Hari ini rupanya saya memang disuruh untuk serius dulu. Jadi Anda yang butuh hiburan jangan cari itu did tulisan ini, lihat saya foto saya. Ini serius lo.. Saya sangat serius.

Berikutnya, saya ingin bicara tentang bangsa ini. Saya ada dalam gerak semesta untuk meneruskan visi agung yang dulu digaungkan Bung Karno: Indonesia yang berbudaya sesuai jatidiri, berdaulat secara politik dan berdikari secara ekonomi. Jatidiri bangsa kita adalah bangsa yang berketuhanan, hidup dengan semangat humanisme universal dan selaras dengan semesta - termasuk sangat hormat pada Ibu Pertiwi. Kita bukanlah bangsa agamis yang pikirannya kerdil dan jiwanya terikat oleh intimidasi atas nama Tuhan. Kita juga bukan bangsa yang senang mendiskriminasi orang gara-gara perbedaan ras, suku dan agama. Sejatinya bangsa kita adalah bangsa yang gampang tersenyum, ramah ramah, suka menari dan menyanyi. Bangsa kita ini aslinya asyik banget.

Jika saat ini bangsa kita sedang gak asyik itu karena kita sedang terkena virus yang lebih berbahaya ketimbang virus Corona. Kita lebih patut untuk berfokus dan sibuk melebur virus ini, yang membuat pikiran bangsa kita jadi aneh.

Dimanapun saya berada dan mengajar, saya memperjuangkan kembalinya bangsa ini pada jatidiri. Saya berjuang menghidupkan kembali api Pancasila di dalam sanubari manusia Indonesia

Rahayu.
0 Response to "STORY OF SHD 20"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan