![]() |
Semua peristiwa memang terjadi karena paduan berbagai variabel. Jika ada variabel yang diubah maka peristiwa yang terjadi bakal berbeda. Akibat angkara murka beberapa individu, terjadilah issue pandemi yang membuat banyak orang di berbagai belahan dunia terjerat penderitaan yang berat.
Namun, jika kita menghadapi segala peristiwa termasuk yang di luar harapan dengan tenang dan tetap tertuntun Guru Sejati, pasti selalu ada anugerah tersembunyi yang tak terbayangkan juga.
Menyaksikan apa yang terjadi saat ini, secara pribadi saya berterima kasih sepenuhnya kepada Sang Sumber Hidup. Masalah yang berat membuat kita semua terpicu untuk mengeluarkan kemampuan yang terbaik sesuai potensi kita.
Itulah yang terjadi, saya mengalami loncatan yang pesat dalam hal kesadaran dan energi pada masa-masa berat ini. Tentunya itu memicu juga perkembangan akseleratif pada seluruh pejalan keheningan yang saya bimbing.
Sebagai Ksatria Cahaya kita tak bisa berdiam diri menghadapi situasi yang terjadi. Kita sewajarnya memberi solusi, dengan karya, sesuai talenta dan kapasitas diri. Itulah yang saya lakukan bersama para Ksatria Cahaya yang saya bimbing. Kita tak menyerah dan diam saja dengan alasan sesuatu yang sudah terjadi adalah takdir, kehendak Tuhan dan bahwa ini adalah cara bumi menyeimbangkan dirinya.
Kita memang harus jernih dalam hal apapun, termasuk dalam persepsi. Jangan biarkan pikiran dijerat ilusi. Kehendak Tuhan itu sejatinya adalah: (1) Hukum Semesta termasuk hukum kausalitas (2) Rancangan Agung yang membawa pada kesempurnaan jiwa (3) Tuntunan dari Diri Sejati.
Faktanya, karena semua jiwa diberi free will, mereka bisa bertindak apapun sesuai kapasitas mereka termasuk bertindak destruktif pada skala massif. Nah, dampak tindakan mereka ini sangat konyol jika kita katakan sebagai kehendak Tuhan. Justru mereka bertindak begitu karena tak kenal Tuhan dan kehendakNya, juga karena mereka tidak sadar akan hukum semesta yang berlalu.
Mereka hanya mengikuti ego dan angkara murka. Maka tentu saja kita tak bisa berdiam diri. Kita terima semua yang terjadi sebagai kewajaran, tapi selanjutnya bertindak. Kita berkarya dengan landasan kesadaran dan kasih murni.
Kita sudah bergerak dan bekerja. Lewat jalan keheningan kita menata bumi bermula dari tataran energi. Kita lebur angkara murka, kita pancarkan kasih murni dan kesukacitaan, kita sebarkan energi penyembuhan, kita sirnakan sumber penyakit dan segala energi yang membuat manusia penuh ketakutan.
Inilah kerja-kerja para Ksatria Cahaya.
Tentu saja, saat kita melaksanakan missi ini ada benturan yang terjadi, karena dark forces dalam segala bentuknya tentu memaksakan agendanya tetap berjalan. Maka, segala resiko kita tanggung sembari berserah diri secara total. Biarlah diri kita, jiwa dan raga, menjadi wahana bagi bekerjanya kekuatan semesta yang agung untuk menyelaraskan bumi. Dalam segala dinamikanya, kita sadari secara utuh dan mantap bahwa kebajikan pasti menang.
Satu hal yang juga sangat saya syukuri, peristiwa kegoncangan global akibat issue pandemi ini, memungkinkan dilakukannya perubahan pada para manusia di bumi secara revolusioner tanpa mesti diiringi oleh kehancuran peradaban.
Jiwa-jiwa yang keras kepala dan terus mengikuti angkara murka, mengalami percepatan masa sekolah di bumi. Terjadi proses transmutasi jiwa secara massal yang membuat pribadi-pribadi yang semula arogan dan bandel luar biasa berubah jadi "anak manis". Mereka yang semula jadi sumber konflik sekarang malah jadi sumber solusi. Yang semula saling bertengkar kini bisa guyub rukun membangun peradaban.
Perubahan besar-besaran ini menjadi fondasi bagi terbangunnya tatanan dunia baru: di planet kita terbangun peradaban sorgawi. Indonesia menjadi poros dari perubahan pada skala global ini. Indonesia yang menjadi permulaan munculnya keajaiban yang mengubah situasi kelam dan penuh duka menjadi penuh cahaya dan kesukacitaan.
Di Indonesia, para Ksatria Cahaya Utama yang ditahbiskan menjadi para penjaga semesta bertempat tinggal dan berkarya sepenuh hati. Mereka telah mengalami gemblengan yang panjang dan terus digembleng.
Yang cengeng dan punya agenda tersembunyi pasti terdiskualifikasi secara natural. Modal dasar untuk menjadi Ksatria Cahaya terlebih untuk mendapat mandat sebagai penjaga dan penyelaras semesta, adalah kemurnian jiwa dan ketulusan hati. Tak ada toleransi untuk setitik noda dalam hal ini.
Memungkasi tulisan kali ini, silakan resapi wejangan dari Sang Hyang Adhi Parama Budha:
Sanghyang Adhi Parama Budha
2.04.2020 - 07.19 wib
Salam sejahtera kepada semua ksatriaku.
Pagi telah menjelang, menyongsong terbitnya Sang Surya.
Waktu terus berjalan melanglang segenap kehidupan.
Hidup adalah kesejatian.
Hidup adalah keharmonisan.
Hidup adalah keindahan.
Hidup terus berjalan seiring detak Sang Kala.
Saat jiwa terlepas dari raga itu bukanlah pertanda selesainya kehidupan.
Jiwa tetap melanjutkan kehidupan tanpa raga.
Jiwa terus hidup dalam dimensi yang berbeda.
Jangan penuhi diri dengan segala ilusi yang diciptakan dunia kegelapan.
Jangan biarkan kesejatianmu tertutup oleh berbagai khayalan yang engkau tidak ketahui kebenarannya.
Kebenaran hanya bisa ditemukan oleh mereka yang terus tekun melatih keheningan diri.
Kebenaran tidak akan berjalan beriringan dengan kegelapan yang bermanifestasi dengan berbagai rupa.
Temukan kebenaran sejati dalam keheningan dan ketenangan hati.
Jakarta, 2 - 04 - 2020
Post a Comment