Pertama, saya tegaskan bahwa Sang Maha Agung itu adalah keberadaan yang Maha Adil. Ia mengejawantah menjadi hukum semesta yang serba pasti, akurat, presisi. Mau Anda berlabel PSK, Tokoh Agama, Anggota DPR maupun Guru Meditasi, Anda diperlakukan sama dan terikat hukum yang sama. Sorga dan neraka yang Anda raih sepenuhnya tergantung pada kualitas jiwa Anda: pada sejauh mana Anda punya kasih murni, pada sejauh mana Anda terbebas dari jejak karma buruk dan sejauh mana Anda jernih secara energi.
Apakah seorang PSK pasti lebih rendah kasih murninya ketimbang Tokoh Agama, Anggota DPR atau Guru Meditasi? Jangan berkhayal! Seorang perempuan yang rela meluruhkan egonya, demi menyelamatkan hidup anaknya, ibu atau bapanya, dengan "menjual tubuhnya", jauh lebih punya kasih murni ketimbang tokoh agama yang menjual ilusi, anggota DPR yang menipu rakyat, dan Guru Meditasi yang menjerat murid-muridnya dengan kekuatan siluman yang dia miliki. Seorang perempuan yang salah langkah di usia muda, menikahi lelaki brengsek dan harus menanggung beban anak yang ditinggalkan, dalam keadaan ia tak punya pilihan pekerjaan lain, tidaklah melakukan dosa saat ia menjual tubuhnya. Ia justru sedang melakukan tindakan bermoral, nyatanya tak ada yang ia rugikan karena ada take and give- dan dengan itu Ia menyelamatkan nyawa diri dan anaknya..
Berbeda konsekuensinya dengan perempuan yang pasang susuk, lalu dengan keserakahan mereka mendekati pria-pria kaya dan mengeruk hartanya. Inilah yang jelas berdosa. Yang juga justru berdosa besar adalah tokoh agama yang menjual ilusi, anggota DPR yang dengan biadab menjebak PSK, atau malah Guru Meditasi yang membuat murid-muridnya menjadi keruh jiwanya. Mereka inilah penghuni dimensi 1 yang sesungguhnya.
Bangunlah wahai manusia. Bangkitlah dari ilusi yang mencengkeram pikiranmu. Jangan biasakan punya judgement berdasarkan asumsi sesatmu. Pada akhirnya, buah karma itu tergantung dari motif seseorang. Jangan terpukau oleh penampilan yang palsu. Selamilah segala sesuatunya dengan rasa sejatimu.
Bangunlah wahai manusia. Bangkitlah dari ilusi yang mencengkeram pikiranmu. Jangan biasakan punya judgement berdasarkan asumsi sesatmu. Pada akhirnya, buah karma itu tergantung dari motif seseorang. Jangan terpukau oleh penampilan yang palsu. Selamilah segala sesuatunya dengan rasa sejatimu.
Post a Comment