GAY & LESBIAN DALAM SUDUT PANDANG SPIRITUAL
Saatnya saya membahas tentang ini: bagaimana menjadi Gay dan Lesbian dalam sudut pandang ajaran spiritual?
Begini, latar seseorang menjadi gay dan lesbian itu sangat beragam. Secara umum semua manusia punya unsur maskulin dan feminin. Benih menyukai sesama jenis itu pasti ada. Saya misalnya, bisa terpesona pada cowok ganteng Tapi saya tetap bukan Gay. Anda yang perempuan, pasti ada momen terpesona oleh sesama perempuan yang jelita tanpa Anda menjadi Lesbian.
Bagi sebagian orang, benih atau potensi menyukai sesama jenis ini bisa terealisasi menjadi perilaku sebagai Gay dan Lesbian karena pengaruh lingkungan, bisa juga karena trauma emosional. Yang terakhir ini, contohnya, perempuan yang melihat di sekelilingnya terutama anggota kekuarga intinya adalah lelaki brengsek, bisa trauma pada laki-laki dan cenderung untuk merasa aman dengan menyukai sesama perempuan. Yang seperti perlu tetapi penyembuhan luka batin agar bisa bertindak lebih pas.
Tetapi dalam banyak kasus yang saya observasi, menjadi Gay atau Lesbian sangat terkait dengan latar perjalanan jiwa. Ada orang-orang yang di kehidupan lampaunya, dominan menjadi perempuan, lalu sekarang menjadi laki-laki, maka data sebagai perempuan ini sangatlah dominan. Ia menjadi lelaki feminin dengan kecenderungan menyukai laki-laki. Mereka yang begini ada yang memilih menjadi Gay ada yang tetap heteroseks.
Demikian pula sebaliknya. Jadi ini sebetulnya bukan keadaan yang melanggar kodrat, tapi memang demikianlah kodrat atau keadaan alami dari yang bersangkutan. Jadi gegabah jika kita langsung menyatakan Tuhan murka tanpa tahu duduk persoalannya. Jelas Tuhan bukan sosok baperan yang bisa marah pada manusia yang terkondisi oleh perjalanan jiwa dan kausalitas yang melingkupinya.
Saya punya murid yang Gay/Lesbian. Bagi saya, mereka bukan tidak normal, dan mereka punya peluang yang sama untuk tercerahkan. Justru mula-mula siapapun harus mulai dari menerima diri sebagaimana adanya. Jangan ada penyangkalan yang memicu derita..
Dan nyatanya, menjadi tercerahkan memang tak ada hubungannya dengan preferensi seksual. Siapapun yang hidup sesuai tabiat alaminya, lalu terus berupaya terhubung kepada Guru Sejati di dalam diri, guna memurnikan jiwa, ya pasti tertuntun menuju pencerahan.
Menjadi Gay/Lesbian bukanlah dosa dalam konteks spiritual. Yang dosa itu memaksa, memanipulasi, memperkosa, baik sesama jenis maupun lawan jenis.
Sudah saatnya kita punya kasih murni dan bersikap adil dalam semua hal.
Post a Comment