Setelah restrukturisasi di lingkaran inti saya, saya menemukan orang-orang yang cocok dengan gaya kepemimpinan saya. Sehebat apapun Anda memimpin ya harus harus bertemu dengan orang cocok Anda pimpin.
Jika tidak Anda hanya akan bersama orang yang manis di depan tapi mengejek bahkan menusuk Anda di belakang.
Heninglah selalu dalam menjalankan peran kepemimpinan. Loyallah pada Tuhan agar anak buah Anda juga loyal pada Anda.
Seorang pemimpin sejati menjalankan peran mengorkestrasi kolaborasi seluruh anggota tim. Setiap anggota tim dipandu, didorong, untuk mencapai kinerja terbaik. Lalu mereka diarahkan untuk bersinergi: menghasilkan nilai tambah optimal dari sebuah kerjasama. Dengan cara itu tujuan teragung bisa diraih.
Dalam peran ini, tentu seorang pemimpin sangat tidak layak melihat anggota timnya sebagai kompetitor atau calon kompetitor yang dibuat harus terus lebih bodoh ketimbang sang pemimpin. Pemimpin sejati sewajarnya melihat anak buah yang tumbuh berkembang sesuai talentanya adalah anugerah, bukan musibah.
Pemimpin sejati perlu sadar bahwa dalam hidup tak perlu ada kompetisi, yang ada hanya kolaborasi.
Setiap orang punya rancangan agung pribadi, punya peran tersendiri dalam rangka merealisasikan rancangan agung bersama. Maka siapapun yang hendak memimpin harus tahu rancangan agungnya, jatahnya, lalu mengenali realitas itu pada seluruh anggota tim.
Maka, setiap pemimpin yang hebat pastilah berangkat dari pencerahan: dia harus selesai dengan dirinya sendiri terlebih dahulu.
Pemimpin yang menjalankan kepemimpinan dengam landasan kasih murni dan kebijaksanaan ilahi, pasti menciptakan kepuasan internal yang maksimal. Ia pasti kharismatik, ia pasti menarik orang-orang sangat loyal dan militan di sekitarnya. Dan orang-orang di sekitarnya adalah mereka yang satu vibrasi: tercerahkan atau menuju tercerahkan.
Pemimpin itu ada yang muncul natural. Tanpa jabatan resmi tapi ia terkondisi untuk jadi sumber inspirasi, pengarah, dan penggerak orang lain. Ia secara nyata mengayomi: membuat orang lain bisa menikmati hidupnya, menjadi berdaya dan penuh karya. Pemimpin seperti sering disebut sebagai pemimpin informal, tetua atau sesepuh.
Ada juga orang yang ditempatkan di posisi pemimpin karena mendapatkan jabatan tertentu: di pemerintahan, perusahaan, institusi militer maupun beragam jenis organisasi lain. Tantangannya adalah, tidak semua orang yang punya jabatan sekaligus punya kemampuan memimpin. Maka, jika Anda kadung punya jabatan segeralah belajar menjadi pemimpin yang baik - agar Anda tidak celaka dan mencelakakan orang lain.
Sesungguhnya memang pemimpin itu dilahirkan, pemimpin hebat memang punya bakat sejak lahir dan akan berkembang seiring transformasi diri yang bersangkutan. Jika Anda tak tahu pasti apakah Anda memang dilahirkan sebagai seorang pemimpin, jangan permah mengejar jabatan. Jika mengejar jabatan apalagi memaksakannya, Anda hanya akan mencipta duka bagi diri dan orang lain.
Dalam sudut pandang spiritual, pemimpin yang berhasil memang harus dinaungi restu semesta - sering disebut sebagai wahyu keprabon. Restu semesta hanya turun pada siapapun yang berjiwa murni dan punya kapabilitas.
Ada banyak orang punya jabatan tapi tak sanggup memimpin. Ada juga yang memanfaatkan wewenang terkait jabatannya itu untuk kepentingan diri sendiri dan kroninya. Merekalah para pejabat yang koruptif dan menyusahkan orang banyak.
Jika kita jadi pemimpin tertinggi, orang-orang seperti ini, yang tak sanggup memimpin, atau yang menyalahgunakan jabatan, harus dibina dan kalau tidak bisa ya diberhentikan, diganti dengan yang lebih selaras. Pemimpin tertinggi harus punya ketegasan, tidak boleh lemah karena kelemahan akan jadi pangkal kecelakaan bersama.
Suatu saat nanti niscaya bermunculan orang-orang berjiwa murni dan punya kemampuan memimpin. Itulah yang menjadi faktor kemajuan bagi bangsa ini.
Para pemimpin hebat adalah mereka yang sebelum memimpin orang lain, telah bisa memimpin dirinya sendiri. Bisa memimpin diri sendiri berarti sanggup melampaui ego, hidup dalam keselarasan, langkahnya selalu tertuntun oleh Diri Sejati.
Secara nyata, memang hanya orang yang telah berserah diri pada Tuhan yang bisa ngemong atau mengasuh dan mengayomi bamyak orang. Sebaliknya, siapapun yang masih penuh luka batin dan angkara murka, hanya akan menjadikan kepemimpinannya sebagai penyebab datangnya petaka.
Saat saya masih kecil, saya biasa jadi pimpinan gerombolan anak-anak meski badan saya terbilang paling kecil. Saat saya remaja dan memasuki masa dewasa, saya menjadi orang yang sangat ambisius Saya mengejar apapun yang bisa dikejar termasuk jabatan.
Hidup juga penuh rencana: si ego menjadi sok tahu dan coba mengatur banyak hal. Dan itu kemudian menjerumuskan diri ke dalam penderitaan
Hingga kemudian saya mengenal pencerahan. Hidup tak lagi tentang ambisi dan pengejaran. Tapi tentang menikmati momen kekinian, mengalir mengikuti gerak semesta. Tak ada lagi rencana ini dan itu yang dibuat si ego.
Sangat jelas semesta punya rencana agung, saya hanya perlu hidup selaras dengan itu, dengan cara melangkah bertahap sesuai tuntunan agung dari relung hati. Secara nyata, itu mengantarkan saya menjadi pemimpin bagi banyak orang yang memang rela saya pimpin, dan tak ada lagi penderitaan.
Dengan kepemimpinan saya, orang-orang juga dibahagiakan, dipandu untuk menemukan jalan kebahagiaan sejati. Banyak orang akan bersedia bekerja bersama Anda dengan rela dan bersukacita jika Anda memamg telah selesai dengan diri sendiri.
Meski kepada mereka tidak Anda berikan iming-iming atau imbalan apapun. Anda bisa punya anak buah yang loyal yang bahkan bisa merelakan nyawanya jika dibutuhkan, jika Anda telah bisa melampaui problema kemanusiaan Anda.
Pemimpin sejati selalu menginspirasi dengan keteladan dalam kualitas kemanusiaan yang unggul: kasih murni, ketulusan, kedermawanan, semangat berkorban, integritas. Seni memimpin dengan keagungan, bisa Anda jalankan saat ego Anda luruh di dalam kesatuan yang agung, dengan sumber keberadaan yang meliputi jagad raya ini.
Pemimpin hebat tak hanya cerdas tapi juga punya kesadaran murni. Mereka memancarkan vibrasi kasih yang membuat mereka dihormati bukan ditakuti. Mereka mendapatkan loyalitas penuh, menjauhkan para penghianat dan orang yang sekadar berkata manis.
Satu faktor kunci dalam kepemimpinan, adalah kemampuan memilih anggota ring 1 yang loyal dan kapabel. Jika sebaliknya, ring 1 berisi para oportunis, maka itu menjadi pangkal kejatuhan. Bagaimana punya ring 1 yang tepat?
Tentu saja seorang pemimpin harus bisa membaca manusia, menilai tingkat kemurnian jiwa, mengetahui tingkat ketulusan mereka.
Sungguh mengerikan, jika di sebuah negara, pemimpinnya dikelilimgi serigala berbulu domba. Rakyat akan menjadi korban. Sang pemimpin juga tinggal menunggu waktu untuk dikorbankan.
Post a Comment