BENTROKAN DI LEMBAH MERAH




Angin mendesau-desau. Pendekar Nagaputih berjumpa dengan Hulubalang Utama yang diiringi para pendekar bayaran dari berbagai penjuru. Gejolak alam mencerminkan benturan energi dari dua pihak yang sama-sama memegang ilmu tingkat tinggi.

Bedanya, Pendekar Naga Putih berdiri kokoh dengan senyum tetap menghias wajah. Secara energi ia memang telah mencapai tataran yang sangat mapan. Sementara Hulubalang Utama dengan sosok yang sebenarnya tinggi besar, malah tampak goyah. Ada kepanikan, ada rasa jeri, tersirat di wajahnya. Meski ia telah mencoba bersikap tenang. Bagaimanapun ia harus menempatkan diri sebagai tokoh kawakan yang disegani banyak kalangan.

"Tuan....." Sang Pendekar Naga Putih memulai percakapan. "Anda dengan segenap wewenang yang Anda miliki, banyak kerusakan yang Anda perbuat. Tidakkah Anda malu pada leluhur Anda? Tidakkah Anda malu karena tindakan Anda bertolak belakang dengan sumpah pendekar yang pernah Anda ucapkan?"

Memerah wajah Hulubalang Utama.

"Hmmm....engkau tahu apa tentang kekuasaan dan kehormatan? Semua yang aku lakukan selalu ada koridor hukumnya. Aku patuh kepada perintah Kaisar. Aku hanya melaksanakan titahnya".
Pendekar Naga Putih menukas, " Tuan Hulubalang Utama, Anda tentu bisa bersilat lidah di hadapan orang-orang yang telah tertutupi mata hati dan akal sehatnya. Tapi tentu itu tak berlaku padaku. Aku tahu pasti apa yang terjadi. Engkau sering mengatasnamakan Sang Kaisar untuk kepentingan pribadimu, untuk mengukuhkan kekuasaanmu. Engkau terus bertambah kaya sementara banyak rakyat jelata yang semakin nestapa "


"Harrrggggghhhhhh......" Hulubalang Utama menggeram, lalu memgucapkan kata-kata yang menantang, "Jikapun tuduhanmu benar, apa yang bisa engkau lakukan? Sementara aku memegang semua kekuatan. Segala perkataan dan perbuatanku menjadi benar karena itulah keputusan penguasa."

"Tuan, Anda boleh saja membanggakan kekuatan dan kekuasaan yang kini engkau miliki. Tapi kesalaham tetaplah kesalahan; jika Tuan tak lagi punya welas asih, alam ini pasti meresponnya dengan menegakkan keadilan karma."

"Hal itu aku ragukan. Bicaralah fakta. Aku ada dalam kejayaan, itu bukti alam ini tidak peduli dengan soal welas asih atau tidak."

"Tuan, ada dua cara keadilan tegak. Pertama, Tuan mengakhiri hidup dengan sakit dan kematian yang merana, sehingga usailah kejahatan Tuan. Kedua, datang orang yang menghentikan segala tingkah polah Tuan. Orang ini tentunya memiliki kekuatan yang jauh di atas kekuatan yang Tuan miliki. Akulah yang menghentikan kejahatan Tuan jika Tuan tidak mau berubah dengan sukarela."

"Hmmm.....sungguh engkau punya nyali anak muda. Tapi apa yang bisa engkau lakukan?"

"Tuan, alam ini punya kecerdasan, Ia juga bergerak dengan cara yang manusia seringkali tak bisa pikirkan. Aku ada bersama gerak alam. Maka kita tinggal menanti momen dimana Tuan mengalami kejatuhan. Tugasku untuk memberi peringatan terlebih dahulu."

Suasana menjadi sunyi beberapa saat. Angin yang semula mendesau-desau turut berhenti.

Note: Apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana nasib Hulubalang Utama dan Pendekar Naga Putih? Penasaran kan......? Hi hi hi hi
0 Response to " BENTROKAN DI LEMBAH MERAH"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan