KUNCI KEBAHAGIAAN




Setelah kebutuhan dasar berupa sandang, pangan dan papan terpenuhi, kita membutuhkan beberapa hal lain agar hidup terasa lengkap. Perasaan bahwa hidup kita telah lengkap, akan mendekatkan kita pada kebahagiaan. Faktor yang membuat hidup terasa lengkap ini, saya kira tepat kalau disebut sebagai kunci kebahagiaan.

Menurut saya, kunci kebahagiaan itu adalah, pertama, kita bisa menerima diri kita apa adanya. Seorang sahabat bercerita, tentang tekanan atau stress yang pernah dia alami terkait dengan posisi dia sebagai tokoh masyarakat bahkan tokoh agama. Dalam posisi strategis ini, dia merasa dia harus menjadi sosok istimewa, bahkan sosok suci bagai malaikat. Dia membangun citra diri yang demikian hebat. Pada kenyataannya, citra ini sulit dipenuhi. Konflik bathin pun mulai muncul. Dia merasa telah menipu Tuhan dan orang lain. Tentu saja akibatnya rasa bahagia menjauh. Ini bisa diselesaikan oleh sahabat tersebut, dengan mengubah cara pandang terhadap diri: memandang diri pada dasarnya mulia karena esensinya adalah Ruh yang bersifat ilahi, tapi sebagai manusia yang hidup bergelut dengan tanah dan bumi, kekhilafan dan kekeliruan adalah keniscayaan. Dengan kesadaran ini, sahabat tersebut mencoba tampil apa adanya tanpa beban citra diri yang berlebihan. Di hadapan orang, apalagi di hadapan Tuhan yang tak bisa dibohongi. Dia bersimpuh di hadapan Sang Pencipta yang Maha Memahami: ”Beginilah saya yang lemah ini, Engkau yang Maha Tahu, saya penuh dengan kekeliruan dan kelemahan, maka, ampuni, maafkan, saya tak bisa lebih hebat dari keadaan sekarang, kecuali Engkau yang memberkahi....”.

Ada sebuah kalimat teramat indah dari Kim McMillan yang dikutip oleh Gede Prama, salah satu maestro kehidupan di era kontemporer, dalam salah satu bukunya, ”Begitu saya mencintai diri apa adanya, kehidupan mulai berubah secara indah dan misterius. Hati semakin peka dan lembut serta matapun bisa melihat dengan cara yang berbeda.”

Kedua, kita punya relasi sosial yang hangat dan harmonis. Sebuah keberkahan hidup yang dijamin mengantar Anda pada kebahagiaan jika Anda punya hubungan harmonis dan damai dengan pasangan hidup, dengan kerabat, dengan tetangga dan sesama.

Ketiga, kita bisa mengaktualisasikan potensi dan idealisme kita. Akan membahagiakan dan memuaskan bathin, jika kita bisa memberi sesuatu yang bermakna pada kehidupan. Jika kita punya kesempatan dan wadah untuk mewujudkan ide kita tentang dunia yang lebih baik, dunia akan terasa lebih indah.

Keempat, kita bisa mendekap erat suka dan duka, sukses dan gagal, sama mesranya. Kita bisa memaknai segenap momen kehidupan kita dengan tepat berbekal kejernihan hati. Saat kita di atas, kita memaknainya sebagai kesempatan untuk mengubah dunia dan membantu mereka yang di bawah. Ketika kita di bawah, kita memaknainya sebagai waktu untuk kontemplasi dan mendukung yang di atas.

Terakhir, kelima, kita mengosongkan diri dari keburukan jiwa: benci, amarah, dengki, kesombongan. Kedamaian tak akan hadir di rumah jiwa yang tak jernih. Kesejukan yang menentramkan hanya akan hadir di rumah jiwa yang berisi keramahan, kasih sayang, kelapangan dada, kerendahhatian.
0 Response to "KUNCI KEBAHAGIAAN"

Post a Comment



Laku spiritual adalah proses bertumbuhnya pengalaman keilahian, wujudnya adalah menjadi penuh dengan daya, penuh kebijaksanaan, penuh kecerdasan, penuh kreatifitas, penuh welas asih.


Setyo Hajar Dewantoro
Founder of Mahadaya Institute


Buku

Buku Medseba Buku Sastrajendra Buku Suwung Buku Sangkan Paraning Dumadi Buku Jumbuh Kawula Gusti Buku Tantra Yoga Buku Kesadaran Matahari Buku Kesadaran Kristus

Kegiatan